By Fatmawati
4EB25 27211969
Jelang Natal
dan Tahun Baru, Harga Kebutuhan Pokok Naik
VIVAnews - Harga sejumlah kebutuhan pokok di
Daerah Istimewa Yogyakarta menjelang Natal dan Tahun Baru 2015 bergerak naik.
Sejumlah
komoditas yang mengalami kenaikkan di antaranya beras IR2, beras premium
(menthik wangi), ikan lele, telur ayam ras, kacang tanah, daging ayam potong,
bawang putih sincau, bawang merah, cabai merah besar, cabai merah keriting,
cabai rawit merah.
"Pantauan
dilakukan Tim Pengendali Inflasi (TPI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di
Pasar Beringharjo, Wates, Bantul, Prambanan, dan Wonosari," kata Asisten
Perekonomian dan Pembangunan Sekda DIY Didik Purwadi, Rabu 24 Desember 2014.
Menurut dia,
kenaikan atau penurunan harga masih dalam batas yang wajar. Sedangkan harga
komoditas yang mengalami penurunan adalah gula pasir, terigu, daging ayam
kampung, daging sapi kualitas dua, dan ikan air tawar.
Dia mengatakan,
hasil pantauan TPI DIY juga menunjukkan bahan pokok cukup tersedia di pasaran.
"Masyarakat
tidak perlu khawatir dan takut kebutuhan bahan pokok akan langka pada Natal dan
Tahun Baru. Jangan belanja yang berlebihan, secukupnya saja," ungkap
Didik.
Adapun, untuk
harga beras IR-2 masih berkisar Rp8.100 hingga Rp10 ribu per kilogram (kg),
telur ayam Rp20 ribu per kg, terigu turun dari Rp8 ribu menjadi Rp7.200 per kg,
minyak goreng barko Rp14 ribu per kg, daging sapi berkisar Rp100 ribu hingga
Rp115.000 per kg.
Daging ayam
potong naik dari Rp22 ribu menjadi Rp27 ribu per kg, bawang merah Rp16 ribu
menjadi Rp20 ribu per kg, bawang putih dari Rp12 ribu menjadi Rp14 ribu per kg,
cabai dari Rp60 ribu menjadi Rp90 ribu per kg.
Kepala BI
Perwakilan DIY, Arif Budi Santosa, mengungkapkan selain dampak dari kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, peningkatan harga barang bisa
dilihat dari tingginya permintaan dan penawaran.
Menurut dia,
menjelang liburan Tahun Baru 2015 juga menjadi penyebab meningkatnya harga
barang. "Gangguan cuaca juga jadi penyebab
naiknya harga komoditas," kata Arif.
Sumber :
Kesimpulan
:
Salah
satu dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi adalah kenaikan
harga bahan pokok. Komoditas yang mengalami kenaikan harga di antaranya beras,
telur, ikan, daging, ayam, bawang puting, bawang merah, dan cabai. Kenaikan
harga di pasar Beringharjo, Wates, Bantul, Prambanan, dan Wonosari masih dalam
batas wajar dan bahan pokok cukup tersedia di pasaran, masyarakat yogyakarta
tidak perlu khawatir akan kebutuhan pokok yang langka menjelang natal dan tahun
baru. Selain dampak kenaikan harga BBM bersubsidi, peningkatan harga barang
juga dilihat dari besarnya permintaan dan penawaran kebutuhan masyarakat
menjelang natal dan tahun baru dan juga faktor cuaca atau iklim yang
menyebabkan kenaikan harga komoditas.
Saran
:
Untuk mengatasi kelangkaan kebutuhan
pokok ada beberapa hal yang harus dilakukan, sebagai berikut :
- Pemerintah harus mengadakan acara pasar murah di berbagai wilayah pasar daerah, hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan pokok
- Faktor produksi dan distribusi pangan adalah peningkatan produksi pangan dan pertanian yang diikuti dengan perbaikan sarana dan prasarana infrastruktur vital, terutama perbaikan jalan negara sampai jalan desa. Pada aspek distribusi, selain upaya pemberantasan atau pengurangan pungutan resmi dan tidak resmi terhadap perdagangan komoditas pangan, perbaikan jaringan jalan dan infrastruktur vital lain menjadi sesuatu yang hampir mutlak. Rencana perbaikan jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten, sampai pada jalan desa dan jalan produksi usaha tani, wajib segera diwujudkan. Masa-masa mudik menjelang hari raya adalah momentum yang tepat untuk segera merealisasikan tender beberapa proyek infrastruktur yang tertunda.
- Memberikan pendampingan atau penyuluhan yang serius terhadap para petani terkait budidaya produk-produk pertanian. Pendampingan yang dimaksud dapat berupa pembekalan pengetahuan teknologi penanaman, pemeliharaan, dan antisipasi terhadap perubahan iklim. Langkah ini sesuai dengan kondisi bumi yang terus mengalami penurunan dengan munculnya isu global warming atau pemanasan global yang menyebabkan iklim tidak mudah diprediksi. Para petani Indonesia, mayoritas masih menggunakan teknologi dan sistem penanaman tanaman yang konvensional.