Selasa, 03 April 2012

SOSIAL DAN POLITIK


Bedah Editorial, 14 Maret 2012
Salah Kaprah Manajemen Subsidi
Analisis Masalah :
Pemerintah berniat menaikan harga BBM Rp.1500 per liter demi menghejar penghematan subsidi sekitar Rp.38 triliun. Namun, sebagian besar hasil penghematan itu, yakni Rp.25.6 triliun atau sekitar 70% akan dibagikan langsung seperti BLT (bantuan langsung tunai) kepada 18,5 juta rumah tangga miskin selama sembilan bulan. Ironisnya, pada saat bersamaan pemerintah justru berniat menurunkan subsidi pupuk dan benih untuk para petani. Padahal, subsidi pupuk dan benih jauh lebih produktif ketimbang BLT.
Subsidi pupuk yang tadinya Rp.16,94 triliun diturunkan dalam RAPBN perubahan 2012 hingga Rp.2,98 triliun menjadi Rp.13,95 triliun. Sedangkan, subsidi benih yang hanya Rp.279,9 miliyar dalam APBN 2012 diturunkan hingga 53,7% menjadi 129,5 miliyar dalam RAPBN 2012. Pemerintah beralasan penurunan subsidi itu disebabkan rendahnya realisasi penyaluran subsidi pupuk dan benih tahun-tahun sebelumnya. Padahal, dampak terbesar kenaikan harga BBM adalah melambungnya harga pangan.

Sumber : media indonesia

Solusi Atau Penyelesaian Masalah :
            Menurut saya, pemerintah harus berpikir kembali tentang subsidi BLT dan subsidi pupuk dan benih karena lebih baik subsidi pupuk dan benih untuk para petani dibandingkan mementingkan subsidi BLT untuk rakyat miskin. Sebaiknya pemerintah menaikan subsidi pupuk dan benih untuk meningkatkan produktivitas petani supaya indonesia tidak impor pangan, bahkan bisa ekspor. Perlu adanya pengawasan dalam pelaksanaan tersebut. Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah, seperti tanah yang subur, tetapi pemerintah justru membiarkan masyarakat menjadi menerima bantuan bukan memanfaatkan sumber daya. Lebih baik tangan di atas daripada di bawah, pemerintah memberikan sekitar 70% dari kenaikan BBM kepada 18,5 juta rumah tangga miskin selama sembilan bulan tidak menghasilkan apa-apa dibandingkan menaikan subsidi pupuk dan benih lebih bermanfaat untuk kelangsungan hidup dan stabilasisasi kebutuhan pangan, dan mengalokasikan dana infrastruktur untuk irigasi yang jauh lebih besar.

Bagaimana Keadaan Politik Indonesia 
         Menurut saya, politik Indonesia tertutup, tidak terbuka kepada publik untuk menyampaikan informasi. Seperti kasus tentang korupsi yang lagi update sekarang, seperti angin yang berlalu, tidak tuntas dalam menyelesaikannya. Padahal, publik harus mengetahui informasi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar