Bedah Editorial, 14 Maret 2012
Salah Kaprah Manajemen Subsidi
Analisis
Masalah :
Pemerintah berniat menaikan
harga BBM Rp.1500 per liter demi menghejar penghematan subsidi sekitar Rp.38
triliun. Namun, sebagian besar hasil penghematan itu, yakni Rp.25.6 triliun
atau sekitar 70% akan dibagikan langsung seperti BLT (bantuan langsung tunai)
kepada 18,5 juta rumah tangga miskin selama sembilan bulan. Ironisnya, pada
saat bersamaan pemerintah justru berniat menurunkan subsidi pupuk dan benih
untuk para petani. Padahal, subsidi pupuk dan benih jauh lebih produktif
ketimbang BLT.
Subsidi pupuk yang tadinya Rp.16,94
triliun diturunkan dalam RAPBN perubahan 2012 hingga Rp.2,98 triliun menjadi
Rp.13,95 triliun. Sedangkan, subsidi benih yang hanya Rp.279,9 miliyar dalam
APBN 2012 diturunkan hingga 53,7% menjadi 129,5 miliyar dalam RAPBN 2012. Pemerintah
beralasan penurunan subsidi itu disebabkan rendahnya realisasi penyaluran
subsidi pupuk dan benih tahun-tahun sebelumnya. Padahal, dampak terbesar
kenaikan harga BBM adalah melambungnya harga pangan.
Sumber : media
indonesia
Solusi Atau
Penyelesaian Masalah :
Menurut
saya, pemerintah harus berpikir kembali tentang subsidi BLT dan subsidi pupuk
dan benih karena lebih baik subsidi pupuk dan benih untuk para petani
dibandingkan mementingkan subsidi BLT untuk rakyat miskin. Sebaiknya pemerintah
menaikan subsidi pupuk dan benih untuk meningkatkan produktivitas petani supaya
indonesia tidak impor pangan, bahkan bisa ekspor. Perlu adanya pengawasan dalam
pelaksanaan tersebut. Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah, seperti
tanah yang subur, tetapi pemerintah justru membiarkan masyarakat menjadi
menerima bantuan bukan memanfaatkan sumber daya. Lebih baik tangan di atas
daripada di bawah, pemerintah memberikan sekitar 70% dari kenaikan BBM kepada
18,5 juta rumah tangga miskin selama sembilan bulan tidak menghasilkan apa-apa
dibandingkan menaikan subsidi pupuk dan benih lebih bermanfaat untuk
kelangsungan hidup dan stabilasisasi kebutuhan pangan, dan mengalokasikan dana
infrastruktur untuk irigasi yang jauh lebih besar.
Bagaimana Keadaan Politik Indonesia
Menurut saya, politik Indonesia
tertutup, tidak terbuka kepada publik untuk menyampaikan informasi. Seperti
kasus tentang korupsi yang lagi update sekarang, seperti angin yang berlalu,
tidak tuntas dalam menyelesaikannya. Padahal, publik harus mengetahui informasi
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar